Jumat, 13 November 2015



HUBUNGAN MANUSIA DAN LINGKUNGAN

Manusia mendapatkan unsur-unsur yang diperlukan dalam hidupnya dari lingkungan. Makin tinggi kebudayaan manusia, makin beraneka ragam kebutuhan hidupnya. Makin besar jumlah keburuhan hidupnya berarti makin besar perhatian manusia terhadap lingkungannya. Karena itulah harus ada hubungan baik antara manusia dan lingkungan.
Perhatian dan pengaruh manusia terhadap ligkungan makin meningkat pada zaman teknologi maju. Masa ini manusa mengubah lingkungan hidup alami menjadi lingkungan hidup binaan. Eksplotasi sumber daya alam makin meningkat untuk memenuhi bahan dasar industri. Sebaliknya hasil industri berupa asap dan limbah mulai menurunkan kualitas lingkungan hidup.
Berdasarkan kebutuhan hidup manusia dapat dilihat dan dibagi menjadi 2, yaitu kebutuhan hidup materil antara lain adalah air, udara, sandang, pangan, papan, transportasi sera perlengkapan fisik lainnya. Dan kebutuhan nonmateril  adalah rasa aman, kasih sayang, pengakuan atas eksistensinya, pendidikan dan sistem nilai dalam masyarakat.
Pengaruh manusia terhadap lingkungan saat ini:
Pertambangan yang merusak lingkungan.
Tingginya ancaman terhadap keanekaragaman hayati di Indonesia.
Pencemaran air semakin meningkat.
Kualitas udara khususnya di kota-kota besar semakin menurun.
Lemahnya penegakan hukum terhadap pembalakan liar (illegal logging) dan penyelundupan kayu.




















http://www.artikellingkunganhidup.com/hubungan-manusia-dengan-lingkungan.html

Jumat, 02 Oktober 2015

PEGARUH SUHU DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP KESTABILAN AKTIVITAS XILANASE DIAMOBILISASI DALAM PASIR LAUT

SEBELUM SAYA MENJELASKAN DAN MENERANGKAN BAHWA TULISAN INI ADALAH RINGKASAN JURNAL DARI ADYATAMA ARDIAN, ANNA ROOSDIANA, SUTRISNO , JURUSAN KIMIA, FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM, UNIVERSITAS BRAWIJAYA, JUDUL YANG ADA DI ATAS TERSEBUT.

"ABSTRAK"
Xilanase merupakan jenis enzim hidrolisis spesifik yang penggunaannya sangat luas dalam berbagai industri terutama dalam biokonversi bahan hemiselulosa. Dalam skala industri, xilanase diproduksi dalam jumlah yang besar (scale up) sehingga enzim harus disimpan dalam waktu dan kondisi tertentu untuk menjaga kestabilannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu dan lama penyimpanan terhadap kestabilan enzim xilanase yang diamobilisasi menggunakan matriks pasir laut. Enzim xilanase diisolasi dari Trichoderma viride yang dimurnikan menggunakan amonium sulfat dengan kejenuhan 40-80% dan dialisis. Pada penelitian ini dilakukan variasi suhu (30, 40, 50, 60, 70) °C dan variasi lama penyimpanan (0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7) hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa xilanase amobil paling stabil pada suhu 60 °C dan penyimpanan 6 hari dengan aktivitas enzim sisa sebesar 50,74%. Semakin lama waktu penyimpanan maka aktivitas xilanase amobil semakin menurun. Xilanase amobil yang disimpan pada suhu 30, 40, 50 dan 70 °C stabil sampai 4 hari dengan aktivitas enzim sisa berturut-turut 54,88; 59,17; 61,98 dan 52,21%.

Kata kunci : Amobilisasi, kestabilan, lama penyimpanan, pasir laut, suhu

"PENDAHULUAN"
Enzim merupakan katalis biologis yang dapat meningkatkan laju reaksi di dalam sel-sel hidup [1]. Enzim dapat mempercepat reaksi antara 108-1011 kali lebih cepat karena dapatmenurunkan energi aktivasi dari reaksi kimia yang membuat pembentukan produk berjalan lebih cepat [2]. Xilanase merupakan kelompok enzim ekstraseluler yang memiliki kemampuan menghidrolisis xilan (hemiselulosa) menjadi xilo-oligosakarida dan xilosa [3]. Enzim xilanase dapat dihasilkan oleh sejumlah mikroorganisme yaitu bakteri maupun jamur.
KIMIA.STUDENTJOURNAL, Vol. 2, No. 1, pp. 386 -392, UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Received 18 September 2014, Accepted 18 September 2014, Published online 19 September 2014
Adapun salah satu jenis jamur yang berpotensi menghasilkan enzim xilanase yaitu jamur Trichoderma viride [4].Kegunaan dari enzim xilanase yang luas terutama untuk biokonversi bahan hemiselulosa, perlu dilakukan amobilisasi untuk meningkatkan efisiensi pemakaian enzim agar dapat dipakai berulang kali. Amobilisasi enzim adalah suatu proses penahanan pergerakan molekul enzim pada tempat tertentu dalam suatu ruang reaksi kimia yang dikatalisisnya sehingga membuat enzim menjadi stabil terhadap pH, suhu, ion logam, lebih tahan serangan protease, dan lebih mudah dipisahkan dari campuran pada akhir reaksi untuk reaksi selanjutnya [5]. Salah satu metode amobilisasi enzim yang sederhana adalah metode adsorpsi yaitu menggunakan adsorben untuk menyerap ataupun menempelkan enzim di permukaannya [6]. Penggunaan adsorben sebagai matriks amobilisasi dapat disubstitusi dengan menggunakan pasir laut karena mengandung silika 60-98% [7], sehingga baik jika dimanfaatkan sebagai matriks amobilisasi.
Enzim xilanase bebas hasil isolasi dari Trichoderma viride yang dimurnikan dengan pengendapan bertingkat dan dialisis memberikan kestabilan aktivitas yang berbeda saat disimpan pada suhu yang berbeda-beda. Aktivitas xilanase turun seiring dengan lama penyimpanan dan mempunyai aktivitas terbesar pada suhu 60 °C [8].
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu dan lama penyimpanan terhadap kestabilan enzim xilanase yang diamobilisasi dalam pasir laut.
"METODE PENELITIAN"
Bahan dan Alat
Bahan penelitian yang digunakan adalah kultur murni Trichoderma viride yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Brawijaya Malang dan pasir laut yang diperoleh dari pantai Tanjung Aan Lombok. Bahan kimia yang digunakan mempunyai kualitas for microbiology antara lain pepton, tepung agar, substrat xilan, kasein dan bahan yang mempunyai kualitas pro analisis yang didapat dari produsen Merck antara lain Na2HPO4, KH2PO4, CaCl2.2H2O, (NH4)2SO4, MgSO4.7H2O, asam dinitrosalisilat (DNS), padatan NaOH, NaKC4O6H4, CuSO4.5H2O, asam asetat glasial (BJ = 1,05 g/cm3), CH3COONa, HCl 37% (BJ = 1,19 g/mL), BaCl2, Na2SO3, fenol, glukosa anhidrat, asam oleat, dextrosa dan akuades.
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat alat gelas, ayakan 120-150 mesh, kantong selofan, jarum ose, pengaduk magnet, neraca analitik (Mettler Toledo AL 204), inkubator (Heraeus Type B 5042), pH meter (Inolab WTW), penangas air (Wemmert W 200), oven (Memmert), autoklaf (All, American Model 20X), shaker (Edmund Buhler SM 25 24B), sentrifuge dingin (Juan MR 1889), pemanas listrik (Janke-Kunkel), dan Spektrofotometer UV-Vis (Spectronic Genesys 20).
Prosedur
Produksi dan Pemurnian Enzim Xilanase
Satu tabung subkultur Trichoderma viride yang ditumbuhkan dalam media agar miring selama 144 jam (pH 5 dan 30 °C) disuspensikan ke dalam 1 mL akuades steril. Suspensi diambil sebanyak 2 mL, ditanam pada 13 mL media cair steril, dan diinkubasi dengan shaker kecepatan 100 rpm pada temperatur ruang selama 36 jam. Inokulum yang mengandung Trichoderma viride ditumbuhkan dalam 100 mL media pertumbuhan steril dan diinkubasi dalam shaker dengan kecepatan 100 rpm pada temperatur kamar hingga jam ke-60. Media hasil fermentasi ditambah 30 mL buffer asetat pH 5 dan disentrifugasi pada kecepatan 3000 rpm selama 30 menit pada temperatur 4 °C. Filtrat merupakan ekstrak kasar xilanase kemudian dimurnikan menggunakan amonium sulfat melalui fraksinasi bertingkat dengan tingkat kejenuhan 40-80% dan dilanjutkan dengan dialisis.
Preparasi dan Aktivasi Matriks Pasir Laut
Pasir laut ditumbuk halus dan diayak dengan ayakan 120 mesh. Padatan yang lolos diayak kembali dengan ayakan 150 mesh. Pasir laut yang tertahan pada ayakan 150 mesh digunakan sebagai matriks amobilisasi dihomogenkan, dicuci dengan aquades, disaring dan dikeringkan dalam oven pada suhu 105 °C. Pasir laut yang telah dipreparasi ditimbang 10 gram dan direndam dalam 200 mL larutan HCl 0,4 M kemudian dikocok dalam shaker pada suhu ruang selama 4 jam dengan kecepatan pengocokan 100 rpm. Pasir laut hasil perendaman disaring dengan kertas Whatman no. 40 dan dicuci dengan aquades hingga air pencuci netral. Pasir laut hasil aktivasi dikeringkan pada suhu 105 °C hingga berat konstan kemudian dikalsinasi pada suhu 500 °C selama 4 jam.
Amobilisasi Xilanase dengan Matriks Pasir Laut
Xilanase hasil pemurnian sebanyak 40 mL dicampurkan dengan 15 g pasir laut yang telah diaktivasi. Campuran ini diinkubasi dalam shaker pada suhu ruang dengan kecepatan 100 rpm selama 3 jam. Hasil amobilisasi kemudian disaring dengan kertas Whatman no. 40
sehingga dihasilkan filtrat dan endapan. Endapan sebagai xilanase amobil diuji kestabilan aktivitasnya berdasarkan pengaruh suhu dan lama penyimpanan.
Penentuan Kestabilan Aktivitas Xilanase Amobil
Xilanase amobil ditimbang sebanyak 0,1 g dan dipindahkan ke dalam tabung reaksi ukuran 5 mL dan ditutup dengan alumunium foil. Tabung reaksi diinkubasi dengan variasi suhu : 30, 40, 50, 60, dan 70 °C dan pada lama penyimpanan 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6 dan 7 hari.
Enzim amobil diuji aktivitasnya dengan cara menambahkan 1 mL substrat xilan 1%, 1 mL buffer asetat 0,2 M pH 5, 1 mL aquades, kemudian diinkubasi pada suhu 60 °C selama 55 menit. Campuran disaring dengan kertas saring Whatman no. 40 dan filtrat yang diperoleh ditambahkan 2 mL reagen DNS, dipanaskan ke dalam penangas air mendidih selama 15 menit, didinginkan dan diencerkan sebanyak 25 mL. Sampel diukur absorbansinya pada panjang gelombang maksimum gula pereduksi (490 nm). Pengukuran aktivitas enzim dilakukan dengan mengkonversikan nilai absorbansi yang diperoleh pada persamaan kurva baku gula pereduksi sehingga dapat diketahui beberapa konsentrasi gula pereduksi yang diperoleh dari hasil hidrolisis xilan yang dikatalisis enzim xilanase.
"HASIL DAN PEMBAHASAN"
Pengaruh Suhu Dan Lama Penyimpanan terhadap Kestabilan Xilanase Amobil
Pada penelitian ini dilakukan uji aktivitas enzim untuk mengetahui pengaruh suhu dan lama penyimpanan terhadap kestabilan enzim yang diamobilisasi pada matriks pasir laut, dengan cara menyimpan enzim amobil pada variasi suhu 30, 40, 50, 60, dan 70 °C dan variasi lama penyimpanan 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 hari. Pada Gambar 1 menunjukkan aktivitas xilanase amobil pada suhu 40, 50, 60, dan 70 °C naik pada penyimpanan 1 hari dan kemudian turun seiring dengan bertambahnya lama penyimpanan. Sedangkan pada suhu 30 °C aktivitas xilanase amobil semakin menurun dengan bertambahnya lama penyimpanan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama waktu penyimpanan, aktivitas enzim xilanase amobil akan semakin menurun, Penurunan aktivitas enzim xilanase amobil ini kemungkinan disebabkan oleh adanya aktivitas protease yang dihasilkan dan terbawa saat proses fermentasi dan pemurnian enzim xilanase. Protease adalah enzim yang mengkatalisis reaksi hidrolisis protein, yaitu memecah protein menjadi bentuk-bentuk yang lebih sederhana. Karena xilanase merupakan protein, maka semakin lama penyimpanan menyebabkan semakin banyaknya protease yang menghidrolisis protein enzim xilanase sehingga aktivitas enzim xilanase amobil yang dihasilkan akan menurun.

                                                          Lama Penyimpanan (Hari) 

Gambar 1. Grafik pengaruh suhu dan lama penyimpanan terhadap aktivitas enzim amobil

Pada pengaruh suhu, enzim amobil yang disimpan pada suhu 70 °C memiliki aktivitas enzim yang paling rendah dikarenakan terjadi denaturasi enzim, yaitu perubahan konformasi enzim sehingga jumlah substrat yang dapat diikat oleh sisi aktif dari enzim akan semakin berkurang menyebabkan aktivitas enzim menurun. Pada suhu tinggi juga akan mempengaruhi kekuatan adsorptivitas pasir sebagai matriks amobilisasi, karena interaksi yang terjadi antara enzim xilanase dengan pasir laut (ikatan hidrogen) akan mudah rusak, sehingga enzim xilanase akan mudah lepas dari matriks. Pada suhu 60 °C merupakan suhu optimum karena memiliki aktivitas enzim amobil yang paling tinggi diantara variasi suhu yang lain. Sedangkan pada suhu 30, 40, 50 °C memiliki aktivitas enzim amobil 50 °C > 40 °C > 30 °C. Perbedaan aktivitas enzim yang dihasilkan pada suhu tersebut dikarenakan pada genus Trichoderma, protease yang dihasilkan memiliki suhu optimum berkisar 35-40 °C [9] dan apabila di atas 50 °C diketahui memiliki aktivitas yang paling rendah [10].
Kestabilan enzim xilanase amobil ditentukan dengan cara menghitung persen aktivitas sisa yaitu aktivitas enzim amobil setelah penyimpanan dibagi dengan aktivitas enzim sebelum penyimpanan. Enzim dapat dikatakan stabil apabila aktivitas enzim sisanya lebih dari 50% dari aktivitas awal enzim.


Lama Penyimpanan (Hari) 
Gambar 2. Grafik % aktivitas sisa enzim amobil

Dari Gambar 2 terlihat bahwa aktivitas enzim sisa paling tinggi adalah pada penyimpanan suhu 60 °C, stabil hingga hari ke 6 dengan aktivitas sisa sebesar 50,74% (42,01 unit). Sedangkan aktivitas enzim sisa yang paling rendah adalah penyimpanan pada suhu 70 °C. Enzim xilanase yang diamobilkan pada matriks pasir laut umumnya stabil sampai penyimpanan selama 4 hari dengan penyimpanan pada 30, 40, 50, 70 °C berturut-turut adalah 54,88% (45,45 unit); 59,17% (48,99 unit); 61,98% (51,32 unit); dan 52,21% (43,23 unit).
"KESIMPULAN"
Lama penyimpanan dan suhu berpengaruh terhadap kestabilan enzim xilanase amobil. Kestabilan tertinggi enzim xilanase amobil dicapai pada suhu 60 °C sampai hari ke-6 dengan aktivitas enzim sisa 50,74%. Pada suhu 30, 40, 50 dan 70 °C enzim xilanase amobil stabil sampai 4 hari dengan aktivitas enzim sisa berturut-turut 54,88; 59,17; 61,98 dan 52,21%.
"DAFTAR PUSTAKA"
1. Palmer, T., 1991, Understanding Enzymes, 3rd Edition, Ellis Horwood Limited, Great Britain, pp. 19-21.
2. Poedjiadi, A., dan Supriyanti F. M. T., 2006, Dasar-Dasar Biokimia, UI-Press, Jakarta.
3. Richana, N., 2002, Produksi dan Prospek Enzim Xilanase dalam Pengembangan Bioindustri di Indonesia, Buletin AgroBio, No. 1, Vol. 5, pp. 29-36.
4. Wahyudi, P., Suwahyono, U., dan Mulyati, S., 2010, Pertumbuhan Trichoderma harzanium pada Medium yang Mengandung Xilan, Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia, pp. 1-7.
5. Minovska, V.,Winkelhausen E., dan Kuzmanova S., 2005, Lipase Immobilized by Diffferent Terchiques in Various Support Material Applied in Oil Hydrolisis, J. Serb. Chem. Soc., No 4, Vol 70, pp. 609–624.
6. Suklha, S. S., Dorris K. L., Suklha A., dan Margrave J. L., 2003, Adsorpstion of Chromium from Aqueous Solution by Maple Sawdust, Journal Haz Mater., Vol. 12, pp. 1-3.
7. Lesbani, A., 2011, Studi Interaksi Vanadium dan Nikel dengan Pasir Kuarsa, Jurnal Penelitian Sains, No 4(C) 14410, Vol 14, pp. 43-46.
8. Sukmana, M. E., 2013, Pengaruh Suhu dan Lama Penyimpanan terhadap Kestabilan Enzim Xilanase dari Trichoderma viride, Skripsi, FMIPA, Universitas Brawijaya, Malang.
9. Simkovic, M., Anita K., Martina H., dan Ludovit V., 2008, Induction of Secretion of Extracellular Proteases from Trichoderma viride, Acta Chimica Slovaca, No. 1, Vol. 1, pp. 250-264.
10. Suarez, B., Manuel R., Pablo C., Enrique M., dan Antonio L., 2004, Isolation and Characterization of PRA1, a Trypsin-like Protease from the Biocontrol Agent Trichoderma harzanium CECT 2413 Displaying Nematicidal Activity, Appl Microbiol Biotechnol, Vol. 65, pp. 46-55


""> text-align: left;">


http://andinyarifin-industri27.blogspot.co.id/2015/09/pembuatan-kitosan-makropori-menggunakan.html

Selasa, 08 September 2015

zat kimia yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari

Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini telah menghasilkan produk-produk industri yang dapat memenuhi kebutuhan manusia sehari-hari. Bahan kimia yang telah diketahui manfaatnya dikembangkan dengan cara membuat produk-produk yang berguna untuk kepentingan manusia dan lingkungannya. Oleh karena itu, kita perlu mengetahui jenis, sifat-sifat, kegunaan, dan efek samping dari setiap produk yang kita gunakan atau kita lihat sehari-hari.

Bahan kimia dalam kehidupan sehari-hari dapat dikelompokkan menjadi
:
1.Bahan kimia yang sehari-hari terdapat dalam rumah
2.Bahan kimia yang terdapat dalam makanan
3.Zat adiktif dan psikotropika

I.Bahan kimia yangsehari-hari  terdapat dalam kehidupan dirumah :

 Banyak ragam bahan kimia yang ada dalam kehidupan sehari-hari, Beberapa kelompok bahan kimia yang terdapat dalam kehidupan rumah di antaranya adalah:
A. pembersih;
B. pemutih pakaian;
C. pewangi;
D. pestisida;
A.PEMBERSIH
Pembersih zat kimia yang  terdapat kehidupan rumah tangga yang bermanfaat sebagai pembersih, kita mengenal berbagai bahan kimia pembersih, di antaranya sabun dan detergen.

Adapun jenis bahan kimia yang dapat digunakan sebagai pembersih antara lain:
A. Pembersih badan ataupun rambut.
B. Pembersih motor dan mobil.
C. Pembersih piring,baju,lantai.

Kita perlu hati-hati dalam memilih bahan pembersih, bahan tersebut jangan sampai menimbulkan pengaruh yang buruk terhadap lingkungan atau dampak buruk oleh manusia itu sendiri .  

Jenis pengaruh buruk yang dapat ditimbulkan oleh pemakaian zat pembersih:

Pencemaran lingkungan dan menimbulkan limbah rumah tangga di aliran sungai,
akibatnya sungai enjadi tercemar,sehingga ekosistem di dalamnya menjadi rusak, misalnya ikan-ikan di sungai berkurang. Disamping itu masyarakat yang tinggal di sepanjang Daerah Aliran  Sungai (DAS) menderita penyakit kulit.

Dampak Negatif Bahan-bahan pembersih itu sendiri :

A.Pecemaran lingkngungan pada aliran sungai. sehingga ekosistem di dalamnya rusak, ikan-ikan di sugai berkkurang.
B.Pencemaran lingkungan di sepanjang Daerah aliran Sungai (DAS) mengakibatkan masyarakat menderita penakit kulit.
C.Pemakaian detergent berlebih dan tangan bersentuhan langsung, menyebabkaan kulit iritasi,kulit kering, melepuh,retak-retak, mudah terlupas.


Pencegahan hasil detergent yang sulit diuraikan yang dapat dilakukan antara lain:
A.Menggunakan detergen dengan konsentrasi yang encer dan kadar ABS yang rendah.
B.Menggunakan detergen yang mudah terurai, seperti sodium dodesil sulfat (SDS)
C.Menyimpan sabun pada tempat yang benar sehingga jauh dari jangkauan anak.

2. PEMUTIH


Pemutih biasanya dijual dalam bentuk larutannya dan digunakan untuk menghilangkan kotoran atau noda berwarna yang sukar dihilangkan dengan hanya menggunakan sabun atau detergen yang berupa cair atau bubuk.
Zat pemutih adalah jenis natrium hipoklarit dan kalsium hipoklorit ,dan memiliki rumus berbeda (NaOCI) dan Ca(OCI)2. yang memiliki multifungsi selain sebagai pemutih, Penghilang noda, maupun desinfektan dan bisa sebagai pembersih.
   
Efek Samping Penggunaan Pemutih:
  
A.Senyawa klorin juga dapat menyebabkan iritasi pada kulit merusak kain itu sendiri.
B.Bahan pemutih kulit yang mengandung merkuri atau raksa yang berlebihan dapat merusak        siste saraf.
         
Pencegahan yang dapat dilakukan untuk dari penggunaan pemutih:     

A.Hindari penggunaan jenis pemutih yang mengandung merkuri dan hindari kontak langsung dengan tangan.
B.Hanya menggunakan  produk pemutih jika kotoran atau noda sulit dihilangkan oleh sabun atau detergen.

3.Pewangi


Pewangi merupakan bahan kimia lain yang erat kaitannya dengan kehidupan kita sehari-hari. Kita dapat memperoleh bahan pewangi dari bahan alam maupun sintetik. Selain zat yang menimbulkan aroma wangi, pewangi yang dijual di pasaran biasanya mengandung zat-zat lain, seperti alcohol untuk pewangi yang berbentuk cair dan tawas untuk pewangi yang berbentuk padat.

Bahan pewangi umumnya terdiri atas tiga bentuk :

A. Pewangi padat, misalnya seperti bedak.
B. Pewangi cair, misalnya seperti deodoran.
C. Pewangi aerosol cair, misalnya seperti parfum. Pewangi berbentuk aerosol cair menggunakan senyawa kimia pendorong (propelan) agar dihasilkan aerosol, yaitu kloroflurokarbon (CFC) ataupun alkohol.

Efek  samping dari zat pewangi:

A. Mencemari lingkungan dan zat zat tersebut  lepas ke udara kemudian masuk ke atmosfer bagian atas akan dapat merusak lapisan ozon.
B. Menyebabkan mengiritasi mata, hidung, tenggorok, kulit, mengakibatkan mual, pusing, perdarahan, hilang ingatan, kanker, dan tumor, kerusakan hati, menyebabkan iritasi ringan hingga menengah pada paru-paru, termasuk gejala seperti asma.

Pencegahannya:

A. Hindari kontak langsung dengan pernapasan demi menjaga gangguan pernapasan.
B. Hindari kontak langsung dengan kulit secara berlebihan untuk mencegah iritasi kulit.


4. Pestisida




Bahan kimia jenis pestisida erat sekali dengan kehidupan para petani. Pestisida dipakai untuk memberantas hama tanaman sehingga tidak mengganggu hasil produksi pertanian.

Pestisida yang biasa digunakan :

A. Insektisida, yaitu pestisida yang digunakan untuk memberantas serangga, seperti belalang, kepik, wereng, dan ulat.
B. Fungisida, yaitu pestisida yang dipakai untuk memberantas dan mencegah pertumbuhan jamur atau cendawan.
C. Bakterisida, yaitu pestisida untuk memberantas bakteri atau virus.
D. Rodentisida, yaitu pestisida yang digunakan untuk memberantas hama tanaman berupa hewan pengerat, seperti tikus.
E. Herbisida, yaitu pestisida yang digunakan untuk membasmi tanaman pengganggu (gulma), seperti alang-alang, rerumputan, dan eceng gondok.

Efek Samping Penggunaan Produk Pembasmi Serangga:
A. Menyebabkan penipisan lapisan ozon stratosfer menyebabkan meningkatnya jumlah penderita penyakit kanker kulit secara signifikan, termasuk melanoma ganas, dan pengidap katarak.
B. Dapat merusakkan produk pertanian. Anti nyamuk termasuk kelompok pestisida (pembasmi hama), sehingga obat antinyamuk juga mengandung racun.

 Pencegahannya:
A.Menggunakan produk sehingga pembasmi serangga seperlunya, atau mengurangi insektisida.
B.Tidak menggunakan pembasmi serangga aerosol yang mengandung CFC
C.Tidak meggunakan pestisida bahan kimia yang seperti senyawa karbamat, fosfat, klorin

II.Bahan kimia yang sehari-hari  terdapat dalam makanan ataupun minuman.



ZAT ADITIF DALAM BAHAN MAKANAN


Zat aditif bisa diartikan sebagai bahan-bahan yang dengan sengaja ditambahkan ke dalam makanan dalam jumlah yang kecil/sedikit, yang bertujuan untuk meningkatkan atau memperbaiki cita rasa, penampakan, tekstur, flavor, serta agar tahan lebih lama saat disimpan.  
Awalnya Zat aditif dibuat dari bahan tumbuh-tumbuhan yang disebut zat aditif alami. BPT yang dibuat dari tumbuh-tumbuhan ini relatif aman untuk dikonsumsi. Namun, seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan bertambahnya kebutuhan akan pangan, ketersediaan zat aditif alami yang terbatas tidak mampu mencukupi kebutuhan manusia. Itu sebabnya, industri-industri yang memproduksi makanan dengan memanfaatkan zat sintesis.
jenis-jenis zat aditif sintetis dan pemanfaatannya untuk industri atau pembuatan makanan:


1. Zat Pewarna




Zat pewarna dipakai dengan tujuan untuk membuat tampilan makanan terlihat lebih menarik sehingga menambah selera untuk menikmatinya. Dibandingkan dengan pewarna alami, pewarna sintetis memang memiliki sejumlah keunggulan, diantaranya: mempunyai banyak pilihan warna, mudah penyimpanannya, dan tahan lama.
Efek Zat Pewarna :

A. Urtikaria (ruam kulit), rintis (hidung meler), asma, purpura (kulit lebam) dan anafilaksis sistemik (shock).
B. penyebab penyakit kanker,rintis alergi, hiperaktivitas, sakit perut,mua dan mutah.
2. Zat Pemanis


Penggunaan zat pemanis buatan pada umumnya dipakai untuk menekan biaya produksi  akibat mahalnya harga pemanis alami, yakni gula. Pemanis sintetis ini tidak bisa dijadikan sumber energi karena tidak dapat dicerna oleh tubuh.
Beberapa jenis pemanis buatan tersebut :
Sakarin, aspaltam, dulsin, kalsium siklamat, magnesium siklamat, dan natrium siklamat.
Efek zat pemanis  :
A. Menyebabkan sakit kepala dan mual. Meningkatkan resiko tumor otak dan menyebabkan Kanker.
B.Masalah kandung kemih dan nyeri perut.

3. Zat Pengawet


Panjangnya rantai distribusi ditambah lamanya waktu penjualan membuat industri makanan atau minuman lebih memilih zat pengawet sintetis daripada yang alami. Karena penyimpanan dengan menggunakan pengawet buatan mempunyai ketahanan lebih lama untuk membuat makanan atau minuman tidak terkena bakteri/jamur.
Bahaya pengawet makanan:
A. Pastinya adalah penyakit kanker jika dikonsumsi jangka panjang.
B. Iiritasi kulit, gangguan pernapasan, diare, rasa terbakar di tenggorokan dan mual ataupun muntah.
Contoh :
 Jenis zat aditif pengawet tersebut diantaranya adalah:
 asam cuka, natrium propionat, natrium benzoat, asam tartrat, natrium nitrat, senyawa NaNO3, asam fosfat, dan asam sitrat.
4. Zat Penyedap Rasa

Zat aditif penyedap rasa terdiri atas berbagai macam, namun yang paling populer dan paling banyak digunakan adalah monosodium glutamat (MSG) yang lebih dikenal dengan sebutan vetsin atau micin yang banyak di gunakan di rumah tangga.

jenis penyedap rasa sintetis :
monosodium glutamat, oktil asetat, etil butirat, amil asetat, dan amil valerat.
Mencegah dan mengurngi, Berbagai macam zat aditif pada makanan harus kita hindari agar semaksimal mungkin menjaga kesehatan tubuh.

Berbagai Dampak Negatif dari Penggunaan Zat Aditif:
A.Menyebabkan luka lambung, serangan asma, kanker, alergi, serta mutasi genetic.
B.Merusak organ ginjal, paru-paru, hati serta meningkatkan risiko hiperaktif pada anak-anak dan penayakit lainnya.

III.zat adiktif dan psikotropika:

Zat  Adiktif adalah zat-zat yang dapat membuat pemakainya kecanduan (adiksi). Kecanduan adalah suatu keadaan fisik (jasmani) maupun non fisik (psikologis) dari seseorang yang merasa tidak normal jika tidak menggunakn zat tertentu.

Semua zat adiktif baik yag berasal dari tumbuh-tumbuhan maupun bahan adiktif sintesis:
1.Narkotika
2.Psikotropika

1.Zat adiktif yang tergolong dari narkotika:

A.Opium berasal dari getah tumbuhan papaver somvinerum yang belum dimasak ataupun diolah menjadi morvin dan kodein, yang biasa digunakan oleh kedokteran sebagai analgesik (penghilang rasa sakit).



B.Ganja berasal daun tumbuhan cannabis sativa yang mengandung zat psikoatif, zat yang dapat mempengaruhi mental dan tingkah laku orang.



C. Kokain adalah bubuk putih berasal dari daun koka (erythroxylum). Kokain dahulu digunakan dalam bidang medis sebagai anestesi(obat pembius)lokal.


D. Heroin adalah zat yang tergolong narkotika yang dapat memberikan rasa senang yang luar biasa pada pemakainya sehingga lupa dengan semua masalah.


E.  Morfin adalah zat yang tergolong dalam opioida alami yang berasal dari getah opium.Morfin berupa Kristal putih, menyerupai kokain, yang dapat menekan pusat pernapasan.








F. Kodein adalah zat analgesic yang lemah. Kekuatan kodein hanya sekitar seperdua belasn  dari kekuatan morfin, serig digunakan sebagai analgesik pada obat batuk yang kuat.



G. Alkohol

Alkohol merupakan contoh zat depresan. Alkohol adalah senyawa kimia yang dikenal dengan nama etanol dengan rumus kimia CHOH. Alkohol diperoleh dari hasil fermentasi berbagai jenis hasil tanaman, Misalnya singkong diolah menjadi tapai. Dalam bidang kedokteran, alkohol menrupakan bahan kimia yang digunakan sebagai cairan pelarut dan dapat digunakan untuk membunuh kuman-kuman atau bakteri.
H.Rokok


Rokok adalah gulungan bubu tembakau yang mengndung senyawa psikoatif yang disebut nikotin dan diberi zat adiktif cengkih,kemenyan,kelembak zat-zat organik lainnya.
Zat-zat yang berbahaya dalam rokok: Karbon monoksida, nikotin, tar (sisa pembakaran pada pipa rokok), Nitrogen, gas hydrogen sianida, ammonia,methanol.

2.zat adiktif dan psikotropika:
Psikotropika adalah zat tidak termasuk golongan narkotika dan alkohol tapi memiliki khasiat yang sama.
Contoh:
A. Amfetamin adalah zat adiktif yang tergolong   stimulasi karena dapat mempercepat prosestubuh melalui saraf pusat, sering disalahgunakan obat penurun berat badan ataupun sebagai doping oleh olahrgawan.
B. Ekstasi adalah salah satu zat yang memiliki amfetamin. Ekstasi dapat menimbulkan rasa segar, tidak mengantuk, tidak lekas lelah, akan tetapi pemakainya mengalami dehidrasi.

Pencegahan bahaya zat adiktif seperti Narkoba ataupun Rokok:
A. Jangan sesekali mencoba dengan kadar apapun.
B. Carilah pergaulan yang aman dan tempat yang aman,  dengan orang-orang yang aman.
C. Dapatkan kasih sayang yang tulus dari keluarga, dengan saling memperhatikan,mengasihi, dan membutuhkan.
D. Waspadalah terhadap siapapun dengan tetap menjalani hidup dengan wajar. Katakana (TIDAK) pada narkoba
E. Mendekatkan diri kepada tuhan yang maha esa dengan rajin ibadah  dan memohon kekuatan padanya.

sumber dari:                                 
https://liaayus.wordpress.com/ipa-1/zat-adiktif-dan-psikotropika-3/
http://endiferrysblog.blogspot.com/2013/01/bahan-kimia-dalamkehidupan-sehari-hari.html
 http://www.scribd.com/doc/30435207/Bahan-bahan-Kimia-Dalam-Kehidupan-Sehari-hari, diakses: tertangal 13-Januari 2013
http://halosehat.com/farmasi/aditif/zat-aditif-pada-makanan-contoh-bahayanya
http://resepcaramemasak.org/efek-pemanis-buatan-pada-kesehatan
https://id.wikipedia.org/wiki/Rokok